USAHA PEMBUATAN GULA AREN
A.
Sejarah Singkat
Sektor Pertanian memegang peranan
penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian itu sendiri terbagi
dalam berbagai subsektor yang dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman yaitu
Subsektor tanaman pangan, subsektor tanamanan hortikultura, serta subsektor
tanaman perkebunan. Aren atau enau (Arenga Pinata) merupakan salah satu jenis
tanaman dari subsektor tanaman perkebunan. Pohon Aren mempunyai nilai ekonomis
yang sangat tinggi, karena hampir dari seluruh bagian tanaman ini mempunyai
nilai jual dan mendatangkan keuntungan, diantaranya, Ijuk, dalam dunia
kesehatan ijuk dapat digunakan sebagai bahan penyaring untuk menyehatkan air
keperluan rumah tangga dan sebagai bahan pembuatan tambang, sapu dan sikat.
Nira (sari buah manis), nira aren dapat diolah menjadi tuak, cuka, gula aren,
dan gula semut. Buah aren juga menghasilkan buah yang dikenal dengan kolang
koling yang dimanfaatkan untuk bahan pengisi kolak.
Salah satu sub sektor pertanian yang cukup penting keberadaannya
dalam pembangunan nasional adalah sub sektor perkebunan. Komoditi perkebunan
yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri kecil adalah gula
aren yang bahan baku berasal dari
tanaman aren. Ditinjau dari segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha
pengolahan gula aren termasuk dalam food-processor,
yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan konsumsi. Pada kenyataannya,
gula merah yang berasal dari nira aren lebih unggul dari gula merah yang
berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa yang jauh lebih manis
dan tajam.
B.
Lokasi
Usaha
dijalankan disebuah pekarangan di
belakang rumah berstatus milik sendiri yang juga sekaligus merupakan tempat tinggalnya, terletak di Desa Batulicin, Kecamatan Batulicin,
Kabupaten Tanah Bumbu,. Kondisi lahan cukup bagus untuk
melakukan usaha pembuatan gula aren.
C.
Manfaat
Sebagai barang konsumsi, maka gula merah mempunyai peran dan manfaat dalam sistem
pangan manusia. Selain sebagai penyedia rasa manis, gula merah juga merupakan
salah satu pemasok kalori. Oleh karena itu gula merah banyak dibutuhkan oleh manusia
untuk dikonsumsi. Gula Aren juga mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi
dibandingkan dengan cuka aren.
D.
Strategi dan Daerah
Pemasaran
Gula aren dijual melalui warung-warung kecil atau
besar dan juga melalui pesanan dari para pedagang sembako yang ada di
pasar-pasar seperti Pasar Minggu Batulicin, Pasar Harian Simpang Empat. Untuk
daerah pemasaran gula aren ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin, Pagatan,
dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten Tanah Bumbu.
E.
Bahan Baku
Bahan baku berasal dari Pohon Aren yang berpotensi
menghasilkan 10-15 liter air nira tiap harinya dan proses penampungan ini dapat
dilakukan setiap harinya selama tiga bulan, pada pagi dan sore hari. Air Nira
hasil sadapan yang sudah dikurangi kadar airnya dan menjadi padat, inilah yang
disebut gula aren. Pengolahan gula aren merupakan salah satu jenis usaha kecil
yang mudah untuk dilaksanakan.
F.
Persiapan Produksi
Untuk membuat gula aren maka ada beberapa
langkah yang harus dilakukan, antara lain:
1)
Persiapan Penyadapan
Proses
persiapan penyadapan nira yang dilakukan oleh petani dengan membersihkan batang
aren dari ijuk dan kotoran lain serta membuka pelepahnya. Selain membersihkan
batang aren, petani juga memasang
tangga yang terbuat dari buluh sebagai alat untuk memanjat pohon aren sewaktu
penyadapan nira. Setelah pohon aren siap disadap, petani melakukan,
2)
Pemukulan Tandan Bunga Jantan
Pemukulan terhadap tandan bunga jantan yang siap untuk disadap niranya.
Pemukulan tandan bunga jantan dilakukan menggunakan kayu dengan arah memutar
mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya sebanyak 3-6 kali putaran
yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati serta menggoyang-goyangkan tandan
bunga jantan secara perlahan. Proses tersebut bertujuan untuk memperbesar
pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan, sehingga nira mudah keluar.
3)
Pemotongan Ujung Tandan Bunga Jantan
Setelah
pemukulan tandan bunga jantan, petani memotong ujung tandan bunga jantan dengan
menggunakan pisau. Sebelumnya, dirijen atau bumbung digantungkan dekat tandan
tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung didalam bumbung atau dirijen
tersebut. Petani akan mengaitkan katrol dirijen atau bambu sehingga setelah
bumbung atau dirijen tersebut penuh maka petani akan menurunkan menggunakan
katrol tersebut.
4)
Penyadapan
Penyadapan nira aren
dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pagi dan sore hari, dari satu
tongkol bunga bisa dihasilkan sebanyak 4-5
liter nira tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren tersebut.
Nira yang sudah ditampung sejak sore hari, kemudian diambil pada pagi hari
berikutnya, dan nira yang ditampung sejak pagi hari, niranya diambil pada sore
hari. Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis
agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara
lancar. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai
tandannya habis atau mengering.
G.
Proses Produksi
Proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara memasak nira
aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Setelah nira aren
disadap, nira aren tersebut dikumpulkan didalam ember.
1.
Nira dituangkan sambil disaring
dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, yang berguna untuk memisahkan nira aren dengan kotoran yang ikut sewaktu penyadapan.
Penyaringan nira dari kotoran dilakukan sebanyak 2 kali.kemudian
diletakkan di atas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) yang berbahan bakar kayu bakar.
2.
Pemanasan ini berlangsung selama 1-3
jam, tergantung banyaknya (volume) nira. Pemanasan tersebut dilakukan sambil
mengaduk-aduk nira sampai mendidih. Pemanasan ini diakhiri setelah nira menjadi
kental dengan volume sekitar 8%.
3.
Pengadukan dilakukan lebih sering
hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari
buih dan kotoran halus yang muncul di permukaan nira yang mendidih dibuang,
agar dapat diperoleh gula aren yang berwarna tidak terlalu gelap (hitam),
kering dan tahan lama.
4.
Kemudian gula aren dicetak di dalam
cetakan dari kayu dengan membersihkan cetakan tersebut terlebih dahulu dengan
menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan
pelepasan gula aren nantinya.
H. Finishing
Setelah semua
proses pemasakan sudah selesai selanjutnya gula tersebut di cetak
menggunakan cetakan, cetakan ini biasanya ada yang menggunakan potongan bambu yang kecil
lubangnya sesuai kinginan, ada juga yang menggunakan papan yang di bikin cowakan cowakan seperti
mangkok, tapi kalo yang ini harus di dasari dengan
plastik supaya dalam
pengambilan waktu gula sudah kering mudah. Setelah gula sudah di cetak di diamkan beberapa menit, kalo gula itu sudah keras baru gula itu di
lepas dari cetakan. Proses pendinginan, sebelum gula merah di simpan terlebih
dahulu gula merah itu di dinginkan, supaya dalam penyimpanan tidak leleh/lembek. Jika sudah dingin maka selanjutnya proses pengepakan
dapat menggunakan daun nira kering maupun daun pisang kering untuk
membungkusnya.
I. Omset Penjualan / Analisa
Usaha
Seluruh petani menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per
bulan bahkan terkadang tidak perlu membeli dan hanya mencari potongan-potongan
kayu di hutan. Nira aren sebanyak 40-45 liter dalam sehari mampu menghasilkan 5
kg gula aren dengan lama proses memasak selama 1,5 jam. Setelah nira aren
dimasak, nira akan menjadi kental dan berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga
nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5 cm.
Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan tersebut direndam terlebih dahulu
ke dalam air untuk memudahkan pelepasan gula aren dari cetakan. Cetakan aren
yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula aren dengan berat 0,23
kg-0,25 kg gula aren, dengan harga Rp. 7.000,- s/d Rp.
10.000,-/ kg. Dalam sebulan mampu menghasilkan 100 – 150 kg
J. Aspek
Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Gula merah atau biasa yang disebut
dengan gula jawa merupakan kebutuhan pokok manusia yang selalu mengalami
perubahan yang cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terjadi seiring
meningkatnya pendapatan penduduk, jumlah penduduk serta semakin banyak industri
pangan yang menggunakan gula merah sebagai bahan bakunya. Namun keberadaan
agroindustri ini ternyata belum mampu menjalankan peran-nya secara optimal.
Produsen harus mengahabiskan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan usahanya
ini, bahkan ada dari mereka yang tidak bertahan dalam usaha ini. Faktor yang
menyebabkan antara lain modal yang terbatas, pasar yang masih lokal daerah,
teknologi belum modern. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung akan berpengaruh pada kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas produksi
gula merah yang dihasilkan masih rendah sehingga keuntungan yang diperoleh
produsen gula merah tidak bisa maksimal. Akan tetapi produsen yang mampu
memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dan memiliki strategi dalam mengusahakan
agroindustri gula merah akan mampu bertahan bahkan dapat meningkatkan
pendapatan, bertambahnya lapangan
kerja, dan meningkatnya
skala
usaha.
K. Kesimpulan
dan Saran
Dari hasil wawancara
dapat disimpulkan :
1.
Pengembangan gula aren di Kecamatan
Batulicin masih sangat prospektif, hal tersebut dapat dilihat dari potensi
sumber daya (faktor endowment) dan
faktor sumber daya manusia yang ada, sehingga pengembangan agroindustri aren
sangat potensial.
2.
Secara finansial, pengolahan gula
aren memberikan keuntungan yang besar. Hal tersebut dapat dilihat karena tidak banyaknya mengeluarkan biaya bahan baku.
3.
Rantai pemasaran gula aren di Kecamatan Batulicin juga masih kurang efektif, di mana
pemasaran gula aren masih melalui pedagang pengumpul/agen.
4.
Diharapkan dengan tersedianya
potensi aren di Tanah Bumbu, pemerintah
selaku pemegang kebijakan dapat lebih meningkatkan pengembangan agroindustri
aren dengan lebih meningkatkan peran serta stake
holder terkait maupun peluang-peluang kerja sama dengan pihak swasta.
5.
Pemerintah diharapkan mengarahkan
untuk membentuk dan membina kelembagaan dalam meningkatkan agroindustri aren
sebagai home industry, sehingga dapat
memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren serta mampu meniningkatkan Perekonomian Daerah, bahkan bukantidak mungkin
mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
6.
Adanya introduksi teknologi agar
gula aren tidak saja dijual dalam bentuk batangan, tapi dapat dibuat tepung
gula/(gula semut) atau gula aren cair dalam kemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar