USAHA PENGRAJIN MEBEL
DARI BAMBU
A.
Sejarah Singkat
Bambu merupakan bahan lokal yang sudah sangat dikenal
di Indonesia dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat,
ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan bambu pada berbagai keperluan
masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada. Di Indonesia ditemukan sekitar 60
jenis dan bambu banyak ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian sekitar 300 m diatas permukaan laut. Pada umumnya ditemukan
ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Di Indonesia
bambu hidup merumpun (symphodial), kadang-kadang ditemui berbaris membentuk
suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa.
Bambu
dikenal memiliki sifat-sifat yang sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan
karena, batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah
dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu
bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain seperti kayu.
Sehingga Bambu dijadikan bahan
alternatif mebel pengrajin kayu, sekarang banyak produk mebel yang berbahan
dasar bambu, sebagai contoh adalah Kursi dan Meja. Bambu merupakan bahan yang ramah
lingkungan (green materials) yang dapat digunakan sebagai pengganti kayu karena, mudah diperbarukan
(renewable) mudah diperbaiki (restorative)
dan mudah dibentuk (versatile).
Potensi bambu sangat
banyak dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada dan sudah familiar
dengan masyarakat sejak nenek moyang kita ada. Harganya murah dan tidak memerlukan peralatan yang
mahal dan tenaga kerja dengan skill tinggi Dengan teknologi yang maju sekarang ini, kelemahan
bambu sudah dapat di atasi misalnya dengan pengawetan atau menjadikan produk
sebagai produk bambu komposit. Kekuatan
bambu komposit sudah teruji dan dapat disetarakan dengan kayu konstruksi.
B.
Lokasi
Jalan Raya Batulicin Desa Kersik
Putih, Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu.
C.
Manfaat
Bambu dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai kerajinan
mebel seperti :
-
Meja
dan kursi tamu
-
Meja
belajar
-
Sebagai
meja makan
-
Kursi
teras
-
Kursi
santai
D.
Konsumen dan Daerah
Pemasaran
Konsumen dari kalangan
perorangan maupun instansi seperti sekolahan maupun perusahaan. Untuk daerah
pemasaran mebel dari bambu ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin,
Pagatan, Angsana, Sungai Danau, Kotabaru dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten
Tanah Bumbu.
E.
Bahan Baku
Bahan baku dalam kegiatan usaha ini adalah bambu
wulung hitam (Gigantochloa verticillata) yang masih dapat diperoleh dengan
mudah. Pihak pengrajin dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena
petani bambu telah menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke
sanggar bambu.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan
gelondong dan rotan antik umumnya diperoleh melalui pedagang langsung di daerah Mantewe dan untuk bahan baku bambu di peroleh langsung dari
pedagang bambu di daerah desa Sepunggur.
Bahan yang dibutuhkan,
antara lain:
a. Bahan Baku
Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat mebel
bambu adalah bambu wulung/hitam (Gigantochloa verticillata), yang memiliki
rata-rata ketinggian hingga 15 meter dengan panjang ruas 40-50 cm dan diameter
+8 cm serta ketebalan batang +8 mm. Dengan penanganan yang baik selama proses
pengeringan dan pengawetan maka bambu wulung dapat bertahan lebih dari 10
tahun.
b. Bahan Pembantu
Tali Rotan merupakan bahan pembantu utama dalam
pembuatan mebel bambu yang difungsikan sebagai pengikat sendi-sendi maupun
pengikat iratan tempat duduk, sandaran kursi dan alas meja. Pemilihan rotan
sebagai bahan pengikat dengan pertimbangan bahwa rotan memiliki struktur bahan
yang liat dan kuat, memiliki ketahanan yang lama serta memiliki nilai seni
tersendiri. Dalam pembuatan mebel bambu, terdapat 3 (tiga) jenis rotan yang
digunakan, yaitu :
1. Rotan Tali, digunakan untuk mengikat
setiap sendi/siku dalam mebel bambu;
2. Rotan Gelondong, digunakan untuk
mengikat dan mempercantik pelupuh/papan bambu pada sandaran kursi;
3. Rotan Antik, digunakan untuk
mengikat iratan yang telah disusun menjadi pelupuh pada alas kursi dan alas
meja.
Bahan-bahan
penolong lain yang banyak digunakan adalah ampelas, paku, kuas, vernis,
melamin/impra dan tinner super.
Kemudian alat-alat yang perlu disiapkan, antara
lain
1.
Gergaji kayu
untuk memotong bambu menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang dikehendaki,
2.
Parang untuk
memotong bambu dan membersihkan cabang di setiap ruas bambu,
3.
Palu/pukul
besi untuk memasang paku pada saat pengikatan menggunakan rotan tali,
4.
Tang
digunakan pada saat pengikatan rangka bambu dengan rotan tali,
5.
Tatah untuk
merapikan batang bagian dalam setelah dilakukan pemotongan dan membuat lobang
untuk pembuatan engsel dan pasak,
6.
Bor kayu
untuk membuat lobang. Penggunaan bor ini (satu-satunya mesin yang ada) agar
bambu tidak mudah patah/retak pada saat membuat lobang,
7.
Meteran
untuk membuat ukuran-ukuran sebelum batang bambu dipotong,
8.
Tatah
ukir untuk membuat ornamen ukiran pada sandaran kursi dengan motif
binatang, pemandangan atau bunga,
9.
Pisau raut
untuk membersihkan kulit batang bambu yang telah dibuat ornamen ukir sehingga
motif ornamen atau ukiran akan terlihat lebih nyata,
10. Kuas digunakan pada saat finshing
mebel bambu untuk memberikan lapisan vernis atau melamin pada setiap permukaan mebel.
F.
Persiapan Produksi
Sebelum diolah bambu-bambu tersebut terlebih dahulu
melalui beberapa tahapan :
1. Pengeringan
Bambu yang
digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13 bulan
dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan ketebalan
batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah tropis,
tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang disukai
oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan
kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan pengawetan bambu agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
Bambu yang
telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak (kemiringan
75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar airnya
berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan sampai
terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu bisa
melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu dilakukan
penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu dapat kering
secara merata. Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang,
sebaiknya batang bambu dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah
batang yang telah dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari,
apabila hari sering turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih
lama.
2.
Pengawetan
Yang
dimaksud dengan pengawetan tradisional di sini adalah praktik dan perlakuan
terhadap yang dilakukan olah masyakat secara turun temurun yang bertujuan untuk
meningkatkan masa pakai bambu. Berbagai cara pengawetan tersebut diantaranya
berupa ;
a. Pengendalian waktu tebang
Adalah pengaturan
waktu penebangan bambu pada saat-saat tertentu yang menurut kepercayaan atau
kebiasaan masyarakat dapat meningkakan daya tahan bambu dibandingka dengan
penebangan pada sembarang waktu. Pengendalian waktu tebang di Indonesia ada
banyak versi, diantaranya;
1) Penebangan pada bulan tertentu (mongso/mangsa) dalam bahasa jawa/sunda,
umumnya pada mongso 9 (bulan maret) dianggap sebagai waktu yang paling tepat
untuk memotong bambu.
2) Penebangan pada jam tertentu, misalnya penebangan dilakukan pada waktu
menjelang subuh dipercaya dapat meningkatkan ketahanan bambu.
3) Penebangan
pada waktu tertentu, misalnya penebangan pada waktu bulan purnama dibeberapa
daerah dipercaya dapat mengurangi serangan hama pada bambu.
b. Perendaman bambu
Bambu yang telah ditebang direndam selama berbulan-bulan bahkan tahunan agar
bambu tesebut tahan terhadap pelapukan dan serangan hama. Perendaman dilakukan
baik di kolam, sawah, parit, sungai atau di laut. Kelemahan dari sistem ini
adalah, bambu yang direndam dalam waktu lama, ketika diangkat akan mengeluarkan
lumpur dan bau yang tidak sedap, akan butuh waktu yang cukup lama setelah perendaman
untuk mengeringkan hingga bau berkurang dan dapat dipakai sebagai bahan
bangunan.
c. Pengasapan bambu
Selain pengendalian waktu penebangan dan perendaman, secara tradisional
bambu juga kadangkala diasap untuk meingkatkan daya tahannya. Secara
tradisional bambu diletakkan di tempat yang berasap (dapur atau tempat
pembakaran lainnya), secara bertahap kelembaban bambu berkurang sehingga
kerusakan secara biologis dapat dihindari.
d. Pencelupan dengan kapur
Bambu dalam
bentuk belah atau iratan dicelup dalam larutan kapur (CaOH2) yang kemudian
berubah menjadi kalsium karbonat yang dapat menghalangi penyerapan air hingga
bambu terhindar dari serangan jamur.
e. Pemanggangan/pembakaran
Biasanya
dilakukan untuk meluruskan bambu yang bengkok atau sebaliknya. Proses ini dapat
merusak struktur yang ada dalam bambu membentuk karbon, sehingga tidak disenangi oleh kumbang atau jamur.
G.
Proses Produksi
Dalam
menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu memiliki teknik yang
sama, yaitu pembuatan rangka mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan
iratan pada alas kursi dan meja serta iratan pada sandaran kursi yang sudah
diukir. Pada tahapan akhir dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas,
memberi vernis atau melamin serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut
akan dibahas berikut ini ;
1. Pembuatan
bagian-bagian mebel
Dari
keseluruhan proses produksi pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan pembuatan
rangka merupakan tahapan paling kritis dalam usaha ini, karena perlu
perhitungan yang tepat dalam ukuran maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku.
Beberapa pengrajin memiliki tenaga kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka
ini sehingga tingkat kerusakan/kegagalan dapat ditekan. Untuk membuat satu
set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan 12 batang untuk
model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing bagian dalam
rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang bambu dengan
diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai kaki-kaki kursi
(posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang paling besar
sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk batang bambu
yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi horizontal.
2.
Perakitan
Proses
perakitan mebel bambu dimulai dengan pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian
kaki kursi yang telah dilubangi Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran
batang bambu yang akan dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses
ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel
dapat berdiri dengan kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa
secara teliti oleh pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas
akhir. Untuk memperkuat posisi sudut dari rangka, maka dilakukan
pengikatan dengan menggunakan rotan tali, Pengikatan ini selain agar posisi
sambungan sudut lebih kuat juga memberikan sentuhan seni yang dapat
meningkatkan nilai jual produk ini. Ikatan dengan tali rotan akan dilakukan
pada bagian rangka yang dinilai cukup banyak dipandang mata sehingga menambah
daya tarik mebel tersebut. Untuk model Sudut, jumlah bagian mebel
yang diikat dengan rotan berjumlah 42 buah, dengan rincian 2 buah kursi dengan
2 sandaran masing-masing 9 ikatan, kursi 1 sandaran terdapat 8 ikatan, meja
sudut 12 ikatan dan meja tengah 4 ikatan. Berat rotan tali yang dibutuhkan
untuk satu set mebel kayu model Sudut sekitar 85 gram, sedangkan untuk model
Sofa dibutuhkan sekitar 100 gram rotan tali. Sedangkan untuk model Sofa
dibutuhkan 32 ikatan dengan rincian kursi dengan sandaran 3,2,1 dan meja
masing- masing memiliki jumlah ikatan 8 buah.
3.
Pelupuh
Pelupuh atau
papan bambu adalah susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan menggunakan
parang pada satu sisi dari atas ke bawah dan berbentuk iratan/belahan batang
dengan ukuran lebar sekitar 2 cm. Iratan tersebut kemudian disusun hingga
berbentuk seperti papan atau dinding. Bentuk ini juga memberikan nilai seni
tersendiri dan memudahkan sirkulasi udara khususnya untuk bagian bawah kursi
maupun meja. Pada kerajinan mebel bambu ini pelupuh terdiri dari 2 macam, yaitu
pelupuh polos dan pelupuh ukir. Tidak ada perlakukan khusus untuk pelupuh polos
karena batang bambu hanya dipotong sesuai ukuran yang diperlukan. Untuk pelupuh
pada alas duduk ditata sejajar dan diikat rotan antik dengan cara membentuk
huruf "X" dan diikatkan ke batang bambu yang dipasang dibawah susunan
iratan tersebut sehingga masing-masing iratan dapat terikat dengan erat
Sementara itu proses penyusunan pelupuh ukir diberlakukan beberapa tahapan;
1)
Batang bambu yang akan dijadikan
pelupuh ukir harus dipilih dari bagian batang yang baik.
2)
Batang bambu diukir oleh tenaga
terampil yang memang memiliki keterampilan khusus untuk melakukan ukiran pada
batang bambu.
3)
Batang bambu yang telah diukir akan
diserut/seset menggunakan pisau raut untuk menghilangkan kulit bambu yang
berwarna hitam pada bagian-bagian yang telah ditentukan, sehingga motif ukiran
akan terlihat dengan jelas.
4)
Proses selanjutnya adalah pemotongan
batang bambu tersebut menjadi iratan-iratan dan disusun menjadi pelupuh.
Bila bambu
yang telah diukir dan diseset/serut kulit bagian luar dengan menggunakan pisau
raut selanjutnya dipotong-potong menjadi iratan-iratan dan disusun hingga
berbentuk pelupuh/papan bambu. Pemotongan bambu ukir tersebut harus dilakukan
dengan hati-hati agar bentuk potongan lurus sehingga mudah untuk disusun pada
sandaran kursi atau alas meja. Apabila pelupuh sudah tersusun rapi dilakukan
pengikatan dengan rotan gelondong pada bagian pinggir pelupuh yang mengitari
sandaran kursi.
H.
Finishing
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses
perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari
pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan;
·
mengampelas seluruh ruas bambu agar
halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa merusah warna
bambu yang sudah alami.
·
memberi vernis atau melamin pada
seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk mempercantik mebel
serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat dan tahan lama/awet.
Setelah proses finishing dilakukan, mebel bambu tidak
boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan terjadinya
pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di
tempat penyimpanan atau di ruang pamer sehingga dapat terkena hembusan angin
secara langsung. Vernis/melamin tersebut akan kering dalam waktu 2-3 jam dan
mebel siap untuk dijual.
I. Omset Penjualan / Analisa
Usaha
Harga bahan baku
-
bambu 1 truk (200 batang) / bulan : Rp. 1 000.000,-/truk
-
rotan 10 kg / bulan : Rp.
20.000,-/kg
-
plitur / vernis 10 kg / bulan : Rp. 30.000,-/kg
Ø
Bahan baku
-
Bambu : 1 truk x Rp. 1 000.000,- = Rp. 1.000.000,-
-
Rotan : 10 kg x Rp. 20.000,- =
Rp. 200.000,-
- Plitur / vernis : 10 kg x Rp. 30.000,- = Rp. 300.000,- +
-
jumlah : = Rp. 1.500.000,-
Ø
Tenaga kerja
- Tukang : 20 set x Rp. 70.000,- = Rp. 1.400.000,-
-
Tukang pernis : 20 set x Rp.
25.000,- = Rp. 500.000,- +
- jumlah = Rp. 1.900.000,-
Ø Pengeluaraan
-
Total
pengeluaran : Rp. 1.500.000,-
Rp. 1.900.000,- +
Rp. 3.400.000,-
Ø Pendapatan
-
penjualan mebel : 20 set x Rp. 500.000,- *)
-
Jumlah : Rp. 10.000.000,-
*) Harga jual 1 set kursi bambu berkisar Rp.
500.000,- s/d Rp. 800.000,-
Ø
Keuntungan
-
Rp. 10.000.000,-
Rp. 3.400.000,- -
Rp. 6.600.000,-
Jadi
keuntungan membuat mebel dari bambu adalah Rp. 6.600.000,-
J. Aspek
Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Kegiatan usaha mebel bambu yang sudah
dilaksanakan selama kurun waktu lebih dari 10 tahun telah memberikan dampak
positif bagi perkembangan ekonomi dan sosial secara nyata, baik bagi pengusaha
maupun masyarakat sekitar Kabupaten Tanah Bumbu. Kemampuan masyarakat sekitar
untuk belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi mebel dari bambu
telah menempatkan masyarakat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Bagi
pengusaha dengan semakin banyaknya tenaga terampil memberikan kemudahan dalam
pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai gambaran jika pesanan banyak
dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Ketersediaan infrastruktur yang relatif baik
yaitu transportasi dan komunikasi, mendorong perkembangan industri kecil.
Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis usaha
unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal
K. Kesimpulan dan
Saran
Dari hasil wawancara
dapat disimpulkan :
1.
Usaha kerajinan mebel bambu di
Kabupaten Tanah Bumbu merupakan usaha dengan skala kecil
2.
Sumber pendanaan untuk usaha mebel
bambu dapat berasal dari dana sendiri
3.
Proses produksi dalam usaha
mebel bambu umumnya termasuk kategori manual. Hal ini karena semua pekerjaan
masih menggunakan tenaga para pekerja
4.
Penjualan umumnya melalui
pesanan dari konsumen dan penjualan langsung kepada konsumen dengan cara
konsumen datang langsung ke lokasi pembuatan maupun keliling dari rumah ke
rumah.
5.
Keuntungan membuat mebel bambu
dengan asumsi penjualan perbulan 20 set dengan harga satuan Rp. 500.000,-
keuntungan bersih yang di dapat sebesar Rp. 6.600.000,-
6.
Kendala yang dihadapi
kurangnya tenaga kerja dan kurangnya strategi pemasaran.
7.
Disarankan untuk terus
memproduksi dan mencari tenaga kerja serta diberikan pembinaan tentang strategi
pemasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar