Rabu, 17 Februari 2016

PENGKAJIAN PENGRAJIN MEBEL DARI BAMBU



USAHA PENGRAJIN MEBEL DARI BAMBU

A.   Sejarah Singkat
Bambu merupakan bahan lokal yang sudah sangat dikenal di Indonesia dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat, ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan bambu pada berbagai keperluan masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada. Di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis dan bambu banyak ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m diatas permukaan laut. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Di Indonesia bambu hidup merumpun (symphodial), kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa.
          Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan karena,  batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain seperti kayu.
            Sehingga Bambu dijadikan bahan alternatif mebel pengrajin kayu, sekarang banyak produk mebel yang berbahan dasar bambu, sebagai contoh adalah Kursi dan Meja. Bambu merupakan bahan yang ramah lingkungan (green materials) yang dapat digunakan sebagai pengganti kayu karena, mudah diperbarukan  (renewable)  mudah diperbaiki (restorative) dan mudah dibentuk (versatile).
Potensi bambu sangat banyak dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada dan sudah familiar dengan masyarakat sejak nenek moyang kita ada. Harganya murah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal dan tenaga kerja dengan skill tinggi Dengan teknologi yang maju sekarang ini, kelemahan bambu sudah dapat di atasi misalnya dengan pengawetan atau menjadikan produk sebagai produk bambu komposit. Kekuatan bambu komposit sudah teruji dan dapat disetarakan dengan kayu konstruksi.


B.   Lokasi
Jalan Raya Batulicin Desa Kersik Putih, Kecamatan Batulicin, Kabupaten  Tanah Bumbu.

C.   Manfaat
Bambu dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai kerajinan mebel seperti :
-       Meja dan kursi tamu
-       Meja belajar
-       Sebagai meja makan
-       Kursi teras
-       Kursi santai

D.   Konsumen dan Daerah Pemasaran
Konsumen dari kalangan perorangan maupun instansi seperti sekolahan maupun perusahaan. Untuk daerah pemasaran mebel dari bambu ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin, Pagatan, Angsana, Sungai Danau, Kotabaru dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten Tanah Bumbu.

E.   Bahan Baku
Bahan baku dalam kegiatan usaha ini adalah bambu wulung hitam (Gigantochloa verticillata) yang masih dapat diperoleh dengan mudah. Pihak pengrajin dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena petani bambu telah menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke sanggar bambu.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan gelondong dan rotan antik umumnya diperoleh melalui pedagang langsung di daerah Mantewe dan untuk bahan baku bambu di peroleh langsung dari pedagang bambu di daerah desa Sepunggur.



Bahan yang dibutuhkan, antara lain:
a. Bahan Baku
Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat mebel bambu adalah bambu wulung/hitam (Gigantochloa verticillata), yang memiliki rata-rata ketinggian hingga 15 meter dengan panjang ruas 40-50 cm dan diameter +8 cm serta ketebalan batang +8 mm. Dengan penanganan yang baik selama proses pengeringan dan pengawetan maka bambu wulung dapat bertahan lebih dari 10 tahun.
b. Bahan Pembantu
Tali Rotan merupakan bahan pembantu utama dalam pembuatan mebel bambu yang difungsikan sebagai pengikat sendi-sendi maupun pengikat iratan tempat duduk, sandaran kursi dan alas meja. Pemilihan rotan sebagai bahan pengikat dengan pertimbangan bahwa rotan memiliki struktur bahan yang liat dan kuat, memiliki ketahanan yang lama serta memiliki nilai seni tersendiri. Dalam pembuatan mebel bambu, terdapat 3 (tiga) jenis rotan yang digunakan, yaitu :
1.    Rotan Tali, digunakan untuk mengikat setiap sendi/siku dalam mebel bambu;
2.    Rotan Gelondong, digunakan untuk mengikat dan mempercantik pelupuh/papan bambu pada sandaran kursi;
3.    Rotan Antik, digunakan untuk mengikat iratan yang telah disusun menjadi pelupuh pada alas kursi dan alas meja.
Bahan-bahan penolong lain yang banyak digunakan adalah ampelas, paku, kuas, vernis, melamin/impra dan tinner super.
Kemudian alat-alat yang perlu disiapkan, antara lain
1.      Gergaji kayu untuk memotong bambu menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang dikehendaki,
2.      Parang untuk memotong bambu dan membersihkan cabang di setiap ruas bambu,
3.      Palu/pukul besi untuk memasang paku pada saat pengikatan menggunakan rotan tali,
4.      Tang digunakan pada saat pengikatan rangka bambu dengan rotan tali,
5.      Tatah untuk merapikan batang bagian dalam setelah dilakukan pemotongan dan membuat lobang untuk pembuatan engsel dan pasak,
6.      Bor kayu untuk membuat lobang. Penggunaan bor ini (satu-satunya mesin yang ada) agar bambu tidak mudah patah/retak pada saat membuat lobang,
7.      Meteran untuk membuat ukuran-ukuran sebelum batang bambu dipotong,
8.      Tatah ukir untuk membuat ornamen ukiran pada sandaran kursi dengan motif binatang, pemandangan atau bunga,
9.      Pisau raut untuk membersihkan kulit batang bambu yang telah dibuat ornamen ukir sehingga motif ornamen atau ukiran akan terlihat lebih nyata,
10.  Kuas digunakan pada saat finshing mebel bambu untuk memberikan lapisan vernis atau  melamin pada setiap permukaan mebel.

F.    Persiapan Produksi
Sebelum diolah bambu-bambu tersebut terlebih dahulu melalui beberapa tahapan :
1.      Pengeringan
      Bambu yang digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13 bulan dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan ketebalan batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah tropis, tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan pengawetan bambu agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
      Bambu yang telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak (kemiringan 75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar airnya berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan sampai terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu bisa melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu dilakukan penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu dapat kering secara merata. Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang, sebaiknya batang bambu dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah batang yang telah dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari, apabila hari sering turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih lama.
2.         Pengawetan
Yang dimaksud dengan pengawetan tradisional di sini adalah praktik dan perlakuan terhadap yang dilakukan olah masyakat secara turun temurun yang bertujuan untuk meningkatkan masa pakai bambu. Berbagai cara pengawetan tersebut diantaranya berupa ;
a.      Pengendalian waktu tebang
Adalah pengaturan waktu penebangan bambu pada saat-saat tertentu yang menurut kepercayaan atau kebiasaan masyarakat dapat meningkakan daya tahan bambu dibandingka dengan penebangan pada sembarang waktu. Pengendalian waktu tebang di Indonesia ada banyak versi, diantaranya;
1)      Penebangan pada bulan tertentu (mongso/mangsa) dalam bahasa jawa/sunda, umumnya pada mongso 9 (bulan maret) dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk memotong bambu.
2)      Penebangan pada jam tertentu, misalnya penebangan dilakukan pada waktu menjelang subuh dipercaya dapat meningkatkan ketahanan bambu.
3)      Penebangan pada waktu tertentu, misalnya penebangan pada waktu bulan purnama dibeberapa daerah dipercaya dapat mengurangi serangan hama pada bambu.
b.      Perendaman bambu
Bambu yang telah ditebang direndam selama berbulan-bulan bahkan tahunan agar bambu tesebut tahan terhadap pelapukan dan serangan hama. Perendaman dilakukan baik di kolam, sawah, parit, sungai atau di laut. Kelemahan dari sistem ini adalah, bambu yang direndam dalam waktu lama, ketika diangkat akan mengeluarkan lumpur dan bau yang tidak sedap, akan butuh waktu yang cukup lama setelah perendaman untuk mengeringkan hingga bau berkurang dan dapat dipakai sebagai bahan bangunan.
c.       Pengasapan bambu
Selain pengendalian waktu penebangan dan perendaman, secara tradisional bambu juga kadangkala diasap untuk meingkatkan daya tahannya. Secara tradisional bambu diletakkan di tempat yang berasap (dapur atau tempat pembakaran lainnya), secara bertahap kelembaban bambu berkurang sehingga kerusakan secara biologis dapat dihindari.



d.      Pencelupan dengan kapur
Bambu dalam bentuk belah atau iratan dicelup dalam larutan kapur (CaOH2) yang kemudian berubah menjadi kalsium karbonat yang dapat menghalangi penyerapan air hingga bambu terhindar dari serangan jamur.
e.       Pemanggangan/pembakaran
Biasanya dilakukan untuk meluruskan bambu yang bengkok atau sebaliknya. Proses ini dapat merusak struktur yang ada dalam bambu membentuk karbon, sehingga tidak disenangi oleh kumbang atau jamur.

G.  Proses Produksi
Dalam menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu memiliki teknik yang sama, yaitu pembuatan rangka mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan iratan pada alas kursi dan meja serta iratan pada sandaran kursi yang sudah diukir. Pada tahapan akhir dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas, memberi vernis atau melamin serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut akan dibahas berikut ini ;
1.     Pembuatan bagian-bagian mebel
Dari keseluruhan proses produksi pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan pembuatan rangka merupakan tahapan paling kritis dalam usaha ini, karena perlu perhitungan yang tepat dalam ukuran maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku. Beberapa pengrajin memiliki tenaga kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka ini sehingga tingkat kerusakan/kegagalan dapat ditekan. Untuk membuat satu set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan 12 batang untuk model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing bagian dalam rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang bambu dengan diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai kaki-kaki kursi (posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang paling besar sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk batang bambu yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi horizontal.


2.      Perakitan
Proses perakitan mebel bambu dimulai dengan pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian kaki kursi yang telah dilubangi Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran batang bambu yang akan dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel dapat berdiri dengan kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa secara teliti oleh pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas akhir.  Untuk memperkuat posisi sudut dari rangka, maka dilakukan pengikatan dengan menggunakan rotan tali, Pengikatan ini selain agar posisi sambungan sudut lebih kuat juga memberikan sentuhan seni yang dapat meningkatkan nilai jual produk ini. Ikatan dengan tali rotan akan dilakukan pada bagian rangka yang dinilai cukup banyak dipandang mata sehingga menambah daya tarik mebel tersebut.  Untuk model Sudut, jumlah bagian mebel yang diikat dengan rotan berjumlah 42 buah, dengan rincian 2 buah kursi dengan 2 sandaran masing-masing 9 ikatan, kursi 1 sandaran terdapat 8 ikatan, meja sudut 12 ikatan dan meja tengah 4 ikatan. Berat rotan tali yang dibutuhkan untuk satu set mebel kayu model Sudut sekitar 85 gram, sedangkan untuk model Sofa dibutuhkan sekitar 100 gram rotan tali. Sedangkan untuk model Sofa dibutuhkan 32 ikatan dengan rincian kursi dengan sandaran 3,2,1 dan meja masing- masing memiliki jumlah ikatan 8 buah.
3.      Pelupuh
Pelupuh atau papan bambu adalah susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan menggunakan parang pada satu sisi dari atas ke bawah dan berbentuk iratan/belahan batang dengan ukuran lebar sekitar 2 cm. Iratan tersebut kemudian disusun hingga berbentuk seperti papan atau dinding. Bentuk ini juga memberikan nilai seni tersendiri dan memudahkan sirkulasi udara khususnya untuk bagian bawah kursi maupun meja. Pada kerajinan mebel bambu ini pelupuh terdiri dari 2 macam, yaitu pelupuh polos dan pelupuh ukir. Tidak ada perlakukan khusus untuk pelupuh polos karena batang bambu hanya dipotong sesuai ukuran yang diperlukan. Untuk pelupuh pada alas duduk ditata sejajar dan diikat rotan antik dengan cara membentuk huruf "X" dan diikatkan ke batang bambu yang dipasang dibawah susunan iratan tersebut sehingga masing-masing iratan dapat terikat dengan erat Sementara itu proses penyusunan pelupuh ukir diberlakukan beberapa tahapan;
1)       Batang bambu yang akan dijadikan pelupuh ukir harus dipilih dari bagian batang yang baik.
2)       Batang bambu diukir oleh tenaga terampil yang memang memiliki keterampilan khusus untuk melakukan ukiran pada batang bambu.
3)       Batang bambu yang telah diukir akan diserut/seset menggunakan pisau raut untuk menghilangkan kulit bambu yang berwarna hitam pada bagian-bagian yang telah ditentukan, sehingga motif ukiran akan terlihat dengan jelas.
4)       Proses selanjutnya adalah pemotongan batang bambu tersebut menjadi iratan-iratan dan disusun menjadi pelupuh.
Bila bambu yang telah diukir dan diseset/serut kulit bagian luar dengan menggunakan pisau raut selanjutnya dipotong-potong menjadi iratan-iratan dan disusun hingga berbentuk pelupuh/papan bambu. Pemotongan bambu ukir tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar bentuk potongan lurus sehingga mudah untuk disusun pada sandaran kursi atau alas meja. Apabila pelupuh sudah tersusun rapi dilakukan pengikatan dengan rotan gelondong pada bagian pinggir pelupuh yang mengitari sandaran kursi.

H.  Finishing
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan;
·         mengampelas seluruh ruas bambu agar halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa merusah warna bambu yang sudah alami.
·         memberi vernis atau melamin pada seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat dan tahan lama/awet.
Setelah proses finishing dilakukan, mebel bambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung. Vernis/melamin tersebut akan kering dalam waktu 2-3 jam dan mebel siap untuk dijual.

I.      Omset Penjualan / Analisa Usaha

Harga bahan baku
-     bambu 1 truk (200 batang) / bulan             : Rp. 1 000.000,-/truk
-     rotan 10 kg / bulan                                      : Rp. 20.000,-/kg
-     plitur / vernis 10 kg / bulan             : Rp. 30.000,-/kg

Ø   Bahan baku
-      Bambu           :          1 truk   x          Rp. 1 000.000,-           = Rp. 1.000.000,-
-      Rotan              :          10 kg   x          Rp. 20.000,-                = Rp.    200.000,-
-      Plitur / vernis  :          10 kg   x          Rp. 30.000,-                = Rp.    300.000,-  +
-      jumlah :                                                                                  = Rp. 1.500.000,-

Ø   Tenaga kerja
-       Tukang                        : 20 set       x     Rp. 70.000,-             = Rp. 1.400.000,-
-       Tukang pernis              : 20 set       x     Rp. 25.000,-             = Rp.    500.000,-  +
-       jumlah                                                                                    = Rp. 1.900.000,-

Ø   Pengeluaraan
-       Total pengeluaran        :  Rp. 1.500.000,-
                                           Rp. 1.900.000,-   +  
                                           Rp. 3.400.000,-
Ø   Pendapatan
-       penjualan mebel          : 20 set  x   Rp.      500.000,-  *)       
-       Jumlah                         :                  Rp. 10.000.000,-

*) Harga jual 1 set kursi bambu berkisar Rp. 500.000,- s/d Rp. 800.000,-
                                       
Ø   Keuntungan
-       Rp. 10.000.000,-
Rp.   3.400.000,-      -
Rp.   6.600.000,-

Jadi keuntungan membuat mebel dari bambu adalah Rp. 6.600.000,-

J.     Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Kegiatan usaha mebel bambu yang sudah dilaksanakan selama kurun waktu lebih dari 10 tahun telah memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan sosial secara nyata, baik bagi pengusaha maupun masyarakat sekitar Kabupaten Tanah Bumbu. Kemampuan masyarakat sekitar untuk belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi mebel dari bambu telah menempatkan masyarakat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Bagi pengusaha dengan semakin banyaknya tenaga terampil memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai gambaran jika pesanan banyak dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Ketersediaan infrastruktur yang relatif baik yaitu transportasi dan komunikasi, mendorong perkembangan industri kecil. Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis usaha unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal

K.  Kesimpulan dan Saran
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan :
1.      Usaha kerajinan mebel bambu di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan usaha dengan skala kecil
2.      Sumber pendanaan untuk usaha mebel bambu dapat berasal dari dana sendiri
3.      Proses produksi dalam usaha mebel bambu umumnya termasuk kategori manual. Hal ini karena semua pekerjaan masih menggunakan tenaga para pekerja
4.      Penjualan umumnya melalui pesanan dari konsumen dan penjualan langsung kepada konsumen dengan cara konsumen datang langsung ke lokasi pembuatan maupun keliling dari rumah ke rumah.
5.      Keuntungan membuat mebel bambu dengan asumsi penjualan perbulan 20 set dengan harga satuan Rp. 500.000,- keuntungan bersih yang di dapat sebesar Rp. 6.600.000,-
6.      Kendala yang dihadapi kurangnya tenaga kerja dan kurangnya strategi pemasaran.
7.      Disarankan untuk terus memproduksi dan mencari tenaga kerja serta diberikan pembinaan tentang strategi pemasaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar