Senin, 22 Februari 2016

KEGIATAN PENGKAJIAN PEMBUATAN GULA AREN




 
USAHA PEMBUATAN GULA AREN

A.   Sejarah Singkat
Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian itu sendiri terbagi dalam berbagai subsektor yang dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman yaitu Subsektor tanaman pangan, subsektor tanamanan hortikultura, serta subsektor tanaman perkebunan. Aren atau enau (Arenga Pinata) merupakan salah satu jenis tanaman dari subsektor tanaman perkebunan. Pohon Aren mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi, karena hampir dari seluruh bagian tanaman ini mempunyai nilai jual dan mendatangkan keuntungan, diantaranya, Ijuk, dalam dunia kesehatan ijuk dapat digunakan sebagai bahan penyaring untuk menyehatkan air keperluan rumah tangga dan sebagai bahan pembuatan tambang, sapu dan sikat. Nira (sari buah manis), nira aren dapat diolah menjadi tuak, cuka, gula aren, dan gula semut. Buah aren juga menghasilkan buah yang dikenal dengan kolang koling yang dimanfaatkan untuk bahan pengisi kolak.
Salah satu sub sektor pertanian yang cukup penting keberadaannya dalam pembangunan nasional adalah sub sektor perkebunan. Komoditi perkebunan yang banyak dilestarikan dan ditingkatkan oleh industri kecil adalah gula aren  yang bahan baku berasal dari tanaman aren. Ditinjau dari segi pembuatannya dan bentuk hasilnya maka usaha pengolahan gula aren termasuk dalam food-processor, yaitu mengolah hasil pertanian menjadi bahan konsumsi. Pada kenyataannya, gula merah yang berasal dari nira aren lebih unggul dari gula merah yang berasal dari nira kelapa. Gula aren memiliki cita rasa yang jauh lebih manis dan tajam.


B.   Lokasi
Usaha dijalankan disebuah pekarangan di belakang rumah berstatus milik sendiri yang juga sekaligus merupakan tempat tinggalnya, terletak di Desa Batulicin, Kecamatan Batulicin, Kabupaten  Tanah Bumbu,. Kondisi lahan cukup bagus untuk melakukan usaha pembuatan gula aren.

C.   Manfaat
Sebagai barang konsumsi, maka gula merah mempunyai peran dan manfaat dalam sistem pangan manusia. Selain sebagai penyedia rasa manis, gula merah juga merupakan salah satu pemasok kalori. Oleh karena itu gula merah banyak dibutuhkan oleh manusia untuk dikonsumsi. Gula Aren juga mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan cuka aren.

D.   Strategi dan Daerah Pemasaran
Gula aren dijual melalui warung-warung kecil atau besar dan juga melalui pesanan dari para pedagang sembako yang ada di pasar-pasar seperti Pasar Minggu Batulicin, Pasar Harian Simpang Empat. Untuk daerah pemasaran gula aren ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin, Pagatan, dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten Tanah Bumbu.

E.   Bahan Baku
Bahan baku berasal dari Pohon Aren yang berpotensi menghasilkan 10-15 liter air nira tiap harinya dan proses penampungan ini dapat dilakukan setiap harinya selama tiga bulan, pada pagi dan sore hari. Air Nira hasil sadapan yang sudah dikurangi kadar airnya dan menjadi padat, inilah yang disebut gula aren. Pengolahan gula aren merupakan salah satu jenis usaha kecil yang mudah untuk dilaksanakan.

F.    Persiapan Produksi
Untuk membuat gula aren maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan, antara lain:


1)      Persiapan Penyadapan
Proses persiapan penyadapan nira yang dilakukan oleh petani dengan membersihkan batang aren dari ijuk dan kotoran lain serta membuka pelepahnya. Selain membersihkan batang aren, petani juga memasang tangga yang terbuat dari buluh sebagai alat untuk memanjat pohon aren sewaktu penyadapan nira. Setelah pohon aren siap disadap, petani melakukan,
2)      Pemukulan Tandan Bunga Jantan
Pemukulan terhadap tandan bunga jantan yang siap untuk disadap niranya. Pemukulan tandan bunga jantan dilakukan menggunakan kayu dengan arah memutar mulai dari ujung ke arah pangkal, kemudian sebaliknya sebanyak 3-6 kali putaran yang dilakukan secara perlahan dan hati-hati serta menggoyang-goyangkan tandan bunga jantan secara perlahan. Proses tersebut bertujuan untuk memperbesar pori-pori dan melunakkan tandan bunga jantan, sehingga nira mudah keluar.
3)      Pemotongan Ujung Tandan Bunga Jantan
Setelah pemukulan tandan bunga jantan, petani memotong ujung tandan bunga jantan dengan menggunakan pisau. Sebelumnya, dirijen atau bumbung digantungkan dekat tandan tersebut sehingga air nira yang keluar tertampung didalam bumbung atau dirijen tersebut. Petani akan mengaitkan katrol dirijen atau bambu sehingga setelah bumbung atau dirijen tersebut penuh maka petani akan menurunkan menggunakan katrol tersebut.
4)      Penyadapan
Penyadapan nira aren dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu pagi dan sore hari, dari satu tongkol bunga bisa dihasilkan sebanyak 4-5 liter nira tergantung dari tingkat kesuburan pohon aren tersebut. Nira yang sudah ditampung sejak sore hari, kemudian diambil pada pagi hari berikutnya, dan nira yang ditampung sejak pagi hari, niranya diambil pada sore hari. Setiap mengganti bumbung, tandan tempat keluarnya nira harus diiris tipis agar saluran atau pembuluh kapiler terbuka, sehingga nira dapat keluar secara lancar. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan, yaitu sampai tandannya habis atau mengering.


G.  Proses Produksi
Proses pengolahan nira menjadi gula aren dilakukan dengan cara memasak nira aren tersebut menggunakan kuali yang berukuran besar. Setelah nira aren disadap, nira aren tersebut dikumpulkan didalam ember. 
1.      Nira dituangkan sambil disaring dengan kasa kawat yang dibuat dari bahan tembaga, yang berguna untuk memisahkan nira aren dengan kotoran yang ikut sewaktu penyadapan. Penyaringan nira dari kotoran dilakukan sebanyak 2 kali.kemudian diletakkan di atas tungku perapian untuk segera dipanasi (direbus) yang berbahan bakar kayu bakar.
2.      Pemanasan ini berlangsung selama 1-3 jam, tergantung banyaknya (volume) nira. Pemanasan tersebut dilakukan sambil mengaduk-aduk nira sampai mendidih. Pemanasan ini diakhiri setelah nira menjadi kental dengan volume sekitar 8%.
3.      Pengadukan dilakukan lebih sering hingga nira aren menjadi pekat. Pada fase ini juga dilakukan pembersihan dari buih dan kotoran halus yang muncul di permukaan nira yang mendidih dibuang, agar dapat diperoleh gula aren yang berwarna tidak terlalu gelap (hitam), kering dan tahan lama.
4.      Kemudian gula aren dicetak di dalam cetakan dari kayu dengan membersihkan cetakan tersebut terlebih dahulu dengan menggunakan air kapur dan merendamnya dengan air bersih untuk memudahkan pelepasan gula aren nantinya.

H.  Finishing
Setelah semua proses pemasakan sudah selesai selanjutnya gula tersebut di cetak menggunakan cetakan, cetakan ini biasanya ada yang menggunakan potongan bambu yang kecil lubangnya sesuai kinginan, ada juga yang menggunakan papan yang di bikin cowakan cowakan seperti mangkok, tapi kalo yang ini harus di dasari dengan plastik supaya dalam pengambilan waktu gula sudah kering mudah. Setelah gula sudah di cetak di diamkan beberapa menit, kalo gula itu sudah keras baru gula itu di lepas dari cetakan. Proses pendinginan, sebelum gula merah di simpan terlebih dahulu gula merah itu di dinginkan, supaya dalam penyimpanan tidak leleh/lembek. Jika sudah dingin maka selanjutnya proses pengepakan dapat menggunakan daun nira kering maupun daun pisang kering untuk membungkusnya.

I.      Omset Penjualan / Analisa Usaha
Seluruh petani menghabiskan kayu bakar dengan biaya sebesar Rp 300.000 per bulan bahkan terkadang tidak perlu membeli dan hanya mencari potongan-potongan kayu di hutan. Nira aren sebanyak 40-45 liter dalam sehari mampu menghasilkan 5 kg gula aren dengan lama proses memasak selama 1,5 jam.  Setelah nira aren dimasak, nira akan menjadi kental dan berwarna merah kecoklat-coklatan sehingga nira yang kental tersebut akan dimasukkan kedalam cetakan yang berdiameter 5 cm. Sebelum dimasukkan kedalam cetakan, cetakan tersebut direndam terlebih dahulu ke dalam air untuk memudahkan pelepasan gula aren dari cetakan. Cetakan aren yang berdiameter 5 cm tersebut menghasilkan gula  aren dengan berat 0,23 kg-0,25 kg gula aren, dengan harga Rp. 7.000,-  s/d  Rp. 10.000,-/ kg. Dalam sebulan mampu menghasilkan 100 – 150 kg


J.     Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Gula merah atau biasa yang disebut dengan gula jawa merupakan kebutuhan pokok manusia yang selalu mengalami perubahan yang cenderung meningkat. Peningkatan tersebut terjadi seiring meningkatnya pendapatan penduduk, jumlah penduduk serta semakin banyak industri pangan yang menggunakan gula merah sebagai bahan bakunya. Namun keberadaan agroindustri ini ternyata belum mampu menjalankan peran-nya secara optimal. Produsen harus mengahabiskan waktu yang cukup lama untuk mengembangkan usahanya ini, bahkan ada dari mereka yang tidak bertahan dalam usaha ini. Faktor yang menyebabkan antara lain modal yang terbatas, pasar yang masih lokal daerah, teknologi belum modern. Faktor-faktor tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada kualitas, kuantitas maupun kontinyuitas produksi gula merah yang dihasilkan masih rendah sehingga keuntungan yang diperoleh produsen gula merah tidak bisa maksimal. Akan tetapi produsen yang mampu memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dan memiliki strategi dalam mengusahakan agroindustri gula merah akan mampu bertahan bahkan dapat meningkatkan pendapatan, bertambahnya lapangan kerja, dan meningkatnya skala usaha.



K.  Kesimpulan dan Saran
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan :
1.        Pengembangan gula aren di Kecamatan Batulicin masih sangat prospektif, hal tersebut dapat dilihat dari potensi sumber daya (faktor endowment) dan faktor sumber daya manusia yang ada, sehingga pengembangan agroindustri aren sangat potensial.
2.        Secara finansial, pengolahan gula aren memberikan keuntungan yang besar. Hal tersebut dapat dilihat karena tidak banyaknya mengeluarkan biaya bahan baku.
3.        Rantai pemasaran gula aren di Kecamatan Batulicin juga masih kurang efektif, di mana pemasaran gula aren masih melalui pedagang pengumpul/agen.
4.        Diharapkan dengan tersedianya potensi aren di Tanah Bumbu, pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat lebih meningkatkan pengembangan agroindustri aren dengan lebih meningkatkan peran serta stake holder terkait maupun peluang-peluang kerja sama dengan pihak swasta.
5.        Pemerintah diharapkan mengarahkan untuk membentuk dan membina kelembagaan dalam meningkatkan agroindustri aren sebagai home industry, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengrajin gula aren serta mampu meniningkatkan Perekonomian Daerah, bahkan bukantidak mungkin mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
6.        Adanya introduksi teknologi agar gula aren tidak saja dijual dalam bentuk batangan, tapi dapat dibuat tepung gula/(gula semut) atau gula aren cair dalam kemasan.
KEGIATAN PENGKAJIAN BP3MD TANAH BUMBU



 

Rabu, 17 Februari 2016

PENGKAJIAN PENGRAJIN MEBEL DARI BAMBU



USAHA PENGRAJIN MEBEL DARI BAMBU

A.   Sejarah Singkat
Bambu merupakan bahan lokal yang sudah sangat dikenal di Indonesia dan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat, ini dapat dilihat dari banyaknya penggunaan bambu pada berbagai keperluan masyarakat kita sejak nenek moyang kita ada. Di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis dan bambu banyak ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m diatas permukaan laut. Pada umumnya ditemukan ditempat-tempat terbuka dan daerahnya bebas dari genangan air. Di Indonesia bambu hidup merumpun (symphodial), kadang-kadang ditemui berbaris membentuk suatu garis pembatas dari suatu wilayah desa yang identik dengan batas desa.
          Bambu dikenal memiliki sifat-sifat yang sangat menguntungkan untuk dimanfaatkan karena,  batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain seperti kayu.
            Sehingga Bambu dijadikan bahan alternatif mebel pengrajin kayu, sekarang banyak produk mebel yang berbahan dasar bambu, sebagai contoh adalah Kursi dan Meja. Bambu merupakan bahan yang ramah lingkungan (green materials) yang dapat digunakan sebagai pengganti kayu karena, mudah diperbarukan  (renewable)  mudah diperbaiki (restorative) dan mudah dibentuk (versatile).
Potensi bambu sangat banyak dan hampir di seluruh wilayah Indonesia ada dan sudah familiar dengan masyarakat sejak nenek moyang kita ada. Harganya murah dan tidak memerlukan peralatan yang mahal dan tenaga kerja dengan skill tinggi Dengan teknologi yang maju sekarang ini, kelemahan bambu sudah dapat di atasi misalnya dengan pengawetan atau menjadikan produk sebagai produk bambu komposit. Kekuatan bambu komposit sudah teruji dan dapat disetarakan dengan kayu konstruksi.


B.   Lokasi
Jalan Raya Batulicin Desa Kersik Putih, Kecamatan Batulicin, Kabupaten  Tanah Bumbu.

C.   Manfaat
Bambu dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai kerajinan mebel seperti :
-       Meja dan kursi tamu
-       Meja belajar
-       Sebagai meja makan
-       Kursi teras
-       Kursi santai

D.   Konsumen dan Daerah Pemasaran
Konsumen dari kalangan perorangan maupun instansi seperti sekolahan maupun perusahaan. Untuk daerah pemasaran mebel dari bambu ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin, Pagatan, Angsana, Sungai Danau, Kotabaru dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten Tanah Bumbu.

E.   Bahan Baku
Bahan baku dalam kegiatan usaha ini adalah bambu wulung hitam (Gigantochloa verticillata) yang masih dapat diperoleh dengan mudah. Pihak pengrajin dimudahkan dalam penyediaan bahan baku tersebut, karena petani bambu telah menyiapkan kebutuhan batang bambu hingga pengangkutan ke sanggar bambu.
Kebutuhan bahan pembantu berupa rotan tali, rotan gelondong dan rotan antik umumnya diperoleh melalui pedagang langsung di daerah Mantewe dan untuk bahan baku bambu di peroleh langsung dari pedagang bambu di daerah desa Sepunggur.



Bahan yang dibutuhkan, antara lain:
a. Bahan Baku
Bahan baku yang banyak digunakan untuk membuat mebel bambu adalah bambu wulung/hitam (Gigantochloa verticillata), yang memiliki rata-rata ketinggian hingga 15 meter dengan panjang ruas 40-50 cm dan diameter +8 cm serta ketebalan batang +8 mm. Dengan penanganan yang baik selama proses pengeringan dan pengawetan maka bambu wulung dapat bertahan lebih dari 10 tahun.
b. Bahan Pembantu
Tali Rotan merupakan bahan pembantu utama dalam pembuatan mebel bambu yang difungsikan sebagai pengikat sendi-sendi maupun pengikat iratan tempat duduk, sandaran kursi dan alas meja. Pemilihan rotan sebagai bahan pengikat dengan pertimbangan bahwa rotan memiliki struktur bahan yang liat dan kuat, memiliki ketahanan yang lama serta memiliki nilai seni tersendiri. Dalam pembuatan mebel bambu, terdapat 3 (tiga) jenis rotan yang digunakan, yaitu :
1.    Rotan Tali, digunakan untuk mengikat setiap sendi/siku dalam mebel bambu;
2.    Rotan Gelondong, digunakan untuk mengikat dan mempercantik pelupuh/papan bambu pada sandaran kursi;
3.    Rotan Antik, digunakan untuk mengikat iratan yang telah disusun menjadi pelupuh pada alas kursi dan alas meja.
Bahan-bahan penolong lain yang banyak digunakan adalah ampelas, paku, kuas, vernis, melamin/impra dan tinner super.
Kemudian alat-alat yang perlu disiapkan, antara lain
1.      Gergaji kayu untuk memotong bambu menjadi potongan-potongan sesuai ukuran yang dikehendaki,
2.      Parang untuk memotong bambu dan membersihkan cabang di setiap ruas bambu,
3.      Palu/pukul besi untuk memasang paku pada saat pengikatan menggunakan rotan tali,
4.      Tang digunakan pada saat pengikatan rangka bambu dengan rotan tali,
5.      Tatah untuk merapikan batang bagian dalam setelah dilakukan pemotongan dan membuat lobang untuk pembuatan engsel dan pasak,
6.      Bor kayu untuk membuat lobang. Penggunaan bor ini (satu-satunya mesin yang ada) agar bambu tidak mudah patah/retak pada saat membuat lobang,
7.      Meteran untuk membuat ukuran-ukuran sebelum batang bambu dipotong,
8.      Tatah ukir untuk membuat ornamen ukiran pada sandaran kursi dengan motif binatang, pemandangan atau bunga,
9.      Pisau raut untuk membersihkan kulit batang bambu yang telah dibuat ornamen ukir sehingga motif ornamen atau ukiran akan terlihat lebih nyata,
10.  Kuas digunakan pada saat finshing mebel bambu untuk memberikan lapisan vernis atau  melamin pada setiap permukaan mebel.

F.    Persiapan Produksi
Sebelum diolah bambu-bambu tersebut terlebih dahulu melalui beberapa tahapan :
1.      Pengeringan
      Bambu yang digunakan untuk pembuatan mebel umumnya dipotong setelah berumur 13 bulan dengan pertimbangan bahwa bambu tersebut telah memiliki umur dan ketebalan batang yang cukup untuk diolah menjadi produk kerajinan. Pada daerah tropis, tanaman bambu biasanya kurang tahan lama karena mengandung kanji yang disukai oleh rayap dan menjadi tempat tumbuh yang baik bagi cendawan akibat suhu dan kelembaban tinggi sehingga diperlukan proses pengeringan dan pengawetan bambu agar menjadi lebih keras dan mampu bertahan hingga lebih dari 10 tahun.
      Bambu yang telah dipotong cukup disandarkan dalam keadaan berdiri agak tegak (kemiringan 75 derajat) ditempat yang cukup teduh dan dibiarkan sampai kadar airnya berkurang. Posisi bambu pada saat proses pengeringan diupayakan jangan sampai terkena sinar matahari langsung secara terus menerus karena batang bambu bisa melengkung dan membentuk warna yang tidak dikehendaki, sesekali perlu dilakukan penyusunan ulang dengan membalikkan posisi sandar sehingga bambu dapat kering secara merata. Untuk menghindari kelembaban tanah yang naik ke batang, sebaiknya batang bambu dilindungi dengan menggunakan batu pada bagian bawah batang yang telah dipotong. Proses pengeringan ini memakan waktu 4-7 hari, apabila hari sering turun hujan makan proses pengeringan akan berjalan lebih lama.
2.         Pengawetan
Yang dimaksud dengan pengawetan tradisional di sini adalah praktik dan perlakuan terhadap yang dilakukan olah masyakat secara turun temurun yang bertujuan untuk meningkatkan masa pakai bambu. Berbagai cara pengawetan tersebut diantaranya berupa ;
a.      Pengendalian waktu tebang
Adalah pengaturan waktu penebangan bambu pada saat-saat tertentu yang menurut kepercayaan atau kebiasaan masyarakat dapat meningkakan daya tahan bambu dibandingka dengan penebangan pada sembarang waktu. Pengendalian waktu tebang di Indonesia ada banyak versi, diantaranya;
1)      Penebangan pada bulan tertentu (mongso/mangsa) dalam bahasa jawa/sunda, umumnya pada mongso 9 (bulan maret) dianggap sebagai waktu yang paling tepat untuk memotong bambu.
2)      Penebangan pada jam tertentu, misalnya penebangan dilakukan pada waktu menjelang subuh dipercaya dapat meningkatkan ketahanan bambu.
3)      Penebangan pada waktu tertentu, misalnya penebangan pada waktu bulan purnama dibeberapa daerah dipercaya dapat mengurangi serangan hama pada bambu.
b.      Perendaman bambu
Bambu yang telah ditebang direndam selama berbulan-bulan bahkan tahunan agar bambu tesebut tahan terhadap pelapukan dan serangan hama. Perendaman dilakukan baik di kolam, sawah, parit, sungai atau di laut. Kelemahan dari sistem ini adalah, bambu yang direndam dalam waktu lama, ketika diangkat akan mengeluarkan lumpur dan bau yang tidak sedap, akan butuh waktu yang cukup lama setelah perendaman untuk mengeringkan hingga bau berkurang dan dapat dipakai sebagai bahan bangunan.
c.       Pengasapan bambu
Selain pengendalian waktu penebangan dan perendaman, secara tradisional bambu juga kadangkala diasap untuk meingkatkan daya tahannya. Secara tradisional bambu diletakkan di tempat yang berasap (dapur atau tempat pembakaran lainnya), secara bertahap kelembaban bambu berkurang sehingga kerusakan secara biologis dapat dihindari.



d.      Pencelupan dengan kapur
Bambu dalam bentuk belah atau iratan dicelup dalam larutan kapur (CaOH2) yang kemudian berubah menjadi kalsium karbonat yang dapat menghalangi penyerapan air hingga bambu terhindar dari serangan jamur.
e.       Pemanggangan/pembakaran
Biasanya dilakukan untuk meluruskan bambu yang bengkok atau sebaliknya. Proses ini dapat merusak struktur yang ada dalam bambu membentuk karbon, sehingga tidak disenangi oleh kumbang atau jamur.

G.  Proses Produksi
Dalam menjalankan proses produksi, para pengrajin mebel bambu memiliki teknik yang sama, yaitu pembuatan rangka mebel, pengikatan dengan rotan tali, penyusunan iratan pada alas kursi dan meja serta iratan pada sandaran kursi yang sudah diukir. Pada tahapan akhir dilakukan proses finishing dengan cara mengampelas, memberi vernis atau melamin serta proses pengeringan. Tahapan-tahapan tersebut akan dibahas berikut ini ;
1.     Pembuatan bagian-bagian mebel
Dari keseluruhan proses produksi pembuatan kerajinan mebel bambu, tahapan pembuatan rangka merupakan tahapan paling kritis dalam usaha ini, karena perlu perhitungan yang tepat dalam ukuran maupun pembuatan lubang untuk sendi/siku. Beberapa pengrajin memiliki tenaga kerja terampil khusus untuk pembuatan rangka ini sehingga tingkat kerusakan/kegagalan dapat ditekan. Untuk membuat satu set kursi model Sudut diperlukan sekitar 6 batang bambu dan 12 batang untuk model Sofa. Batang bambu yang telah diukur untuk masing-masing bagian dalam rangka mebel akan dipotong dengan menggunakan gergaji kayu. Batang bambu dengan diameter terbesar (bagian bawah bambu) difungsikan sebagai kaki-kaki kursi (posisi vertikal) karena bagian ini memiliki ketebalan batang paling besar sehingga memiliki kekuatan yang paling besar pula. Sementara untuk batang bambu yang lebih kecil akan digunakan untuk palang bilah dengan posisi horizontal.


2.      Perakitan
Proses perakitan mebel bambu dimulai dengan pekerjaan memasukkan bambu kedalam bagian kaki kursi yang telah dilubangi Ukuran lobang harus disesuaikan dengan ukuran batang bambu yang akan dimasukkan agar rangka kursi tidak bergoyang, dan proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar bambu tidak retak dan rangka mebel dapat berdiri dengan kokoh. Hingga tahapan ini setiap rangka akan diperiksa secara teliti oleh pengrajin karena hasil ini akan sangat mempengaruhi kualitas akhir.  Untuk memperkuat posisi sudut dari rangka, maka dilakukan pengikatan dengan menggunakan rotan tali, Pengikatan ini selain agar posisi sambungan sudut lebih kuat juga memberikan sentuhan seni yang dapat meningkatkan nilai jual produk ini. Ikatan dengan tali rotan akan dilakukan pada bagian rangka yang dinilai cukup banyak dipandang mata sehingga menambah daya tarik mebel tersebut.  Untuk model Sudut, jumlah bagian mebel yang diikat dengan rotan berjumlah 42 buah, dengan rincian 2 buah kursi dengan 2 sandaran masing-masing 9 ikatan, kursi 1 sandaran terdapat 8 ikatan, meja sudut 12 ikatan dan meja tengah 4 ikatan. Berat rotan tali yang dibutuhkan untuk satu set mebel kayu model Sudut sekitar 85 gram, sedangkan untuk model Sofa dibutuhkan sekitar 100 gram rotan tali. Sedangkan untuk model Sofa dibutuhkan 32 ikatan dengan rincian kursi dengan sandaran 3,2,1 dan meja masing- masing memiliki jumlah ikatan 8 buah.
3.      Pelupuh
Pelupuh atau papan bambu adalah susunan dari batangan bambu yang dibelah dengan menggunakan parang pada satu sisi dari atas ke bawah dan berbentuk iratan/belahan batang dengan ukuran lebar sekitar 2 cm. Iratan tersebut kemudian disusun hingga berbentuk seperti papan atau dinding. Bentuk ini juga memberikan nilai seni tersendiri dan memudahkan sirkulasi udara khususnya untuk bagian bawah kursi maupun meja. Pada kerajinan mebel bambu ini pelupuh terdiri dari 2 macam, yaitu pelupuh polos dan pelupuh ukir. Tidak ada perlakukan khusus untuk pelupuh polos karena batang bambu hanya dipotong sesuai ukuran yang diperlukan. Untuk pelupuh pada alas duduk ditata sejajar dan diikat rotan antik dengan cara membentuk huruf "X" dan diikatkan ke batang bambu yang dipasang dibawah susunan iratan tersebut sehingga masing-masing iratan dapat terikat dengan erat Sementara itu proses penyusunan pelupuh ukir diberlakukan beberapa tahapan;
1)       Batang bambu yang akan dijadikan pelupuh ukir harus dipilih dari bagian batang yang baik.
2)       Batang bambu diukir oleh tenaga terampil yang memang memiliki keterampilan khusus untuk melakukan ukiran pada batang bambu.
3)       Batang bambu yang telah diukir akan diserut/seset menggunakan pisau raut untuk menghilangkan kulit bambu yang berwarna hitam pada bagian-bagian yang telah ditentukan, sehingga motif ukiran akan terlihat dengan jelas.
4)       Proses selanjutnya adalah pemotongan batang bambu tersebut menjadi iratan-iratan dan disusun menjadi pelupuh.
Bila bambu yang telah diukir dan diseset/serut kulit bagian luar dengan menggunakan pisau raut selanjutnya dipotong-potong menjadi iratan-iratan dan disusun hingga berbentuk pelupuh/papan bambu. Pemotongan bambu ukir tersebut harus dilakukan dengan hati-hati agar bentuk potongan lurus sehingga mudah untuk disusun pada sandaran kursi atau alas meja. Apabila pelupuh sudah tersusun rapi dilakukan pengikatan dengan rotan gelondong pada bagian pinggir pelupuh yang mengitari sandaran kursi.

H.  Finishing
Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses perakitan sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat pengecekan dari pengrajin. Proses finishing yang dilakukan meliputi kegiatan;
·         mengampelas seluruh ruas bambu agar halus. Cara mengampelas tidak boleh terlalu keras karena bisa merusah warna bambu yang sudah alami.
·         memberi vernis atau melamin pada seluruh lapisan bambu menggunakan kuas, dengan maksud untuk mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kulit bambu agar kuat dan tahan lama/awet.
Setelah proses finishing dilakukan, mebel bambu tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin, mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer sehingga dapat terkena hembusan angin secara langsung. Vernis/melamin tersebut akan kering dalam waktu 2-3 jam dan mebel siap untuk dijual.

I.      Omset Penjualan / Analisa Usaha

Harga bahan baku
-     bambu 1 truk (200 batang) / bulan             : Rp. 1 000.000,-/truk
-     rotan 10 kg / bulan                                      : Rp. 20.000,-/kg
-     plitur / vernis 10 kg / bulan             : Rp. 30.000,-/kg

Ø   Bahan baku
-      Bambu           :          1 truk   x          Rp. 1 000.000,-           = Rp. 1.000.000,-
-      Rotan              :          10 kg   x          Rp. 20.000,-                = Rp.    200.000,-
-      Plitur / vernis  :          10 kg   x          Rp. 30.000,-                = Rp.    300.000,-  +
-      jumlah :                                                                                  = Rp. 1.500.000,-

Ø   Tenaga kerja
-       Tukang                        : 20 set       x     Rp. 70.000,-             = Rp. 1.400.000,-
-       Tukang pernis              : 20 set       x     Rp. 25.000,-             = Rp.    500.000,-  +
-       jumlah                                                                                    = Rp. 1.900.000,-

Ø   Pengeluaraan
-       Total pengeluaran        :  Rp. 1.500.000,-
                                           Rp. 1.900.000,-   +  
                                           Rp. 3.400.000,-
Ø   Pendapatan
-       penjualan mebel          : 20 set  x   Rp.      500.000,-  *)       
-       Jumlah                         :                  Rp. 10.000.000,-

*) Harga jual 1 set kursi bambu berkisar Rp. 500.000,- s/d Rp. 800.000,-
                                       
Ø   Keuntungan
-       Rp. 10.000.000,-
Rp.   3.400.000,-      -
Rp.   6.600.000,-

Jadi keuntungan membuat mebel dari bambu adalah Rp. 6.600.000,-

J.     Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Kegiatan usaha mebel bambu yang sudah dilaksanakan selama kurun waktu lebih dari 10 tahun telah memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi dan sosial secara nyata, baik bagi pengusaha maupun masyarakat sekitar Kabupaten Tanah Bumbu. Kemampuan masyarakat sekitar untuk belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi mebel dari bambu telah menempatkan masyarakat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Bagi pengusaha dengan semakin banyaknya tenaga terampil memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai gambaran jika pesanan banyak dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Ketersediaan infrastruktur yang relatif baik yaitu transportasi dan komunikasi, mendorong perkembangan industri kecil. Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis usaha unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal

K.  Kesimpulan dan Saran
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan :
1.      Usaha kerajinan mebel bambu di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan usaha dengan skala kecil
2.      Sumber pendanaan untuk usaha mebel bambu dapat berasal dari dana sendiri
3.      Proses produksi dalam usaha mebel bambu umumnya termasuk kategori manual. Hal ini karena semua pekerjaan masih menggunakan tenaga para pekerja
4.      Penjualan umumnya melalui pesanan dari konsumen dan penjualan langsung kepada konsumen dengan cara konsumen datang langsung ke lokasi pembuatan maupun keliling dari rumah ke rumah.
5.      Keuntungan membuat mebel bambu dengan asumsi penjualan perbulan 20 set dengan harga satuan Rp. 500.000,- keuntungan bersih yang di dapat sebesar Rp. 6.600.000,-
6.      Kendala yang dihadapi kurangnya tenaga kerja dan kurangnya strategi pemasaran.
7.      Disarankan untuk terus memproduksi dan mencari tenaga kerja serta diberikan pembinaan tentang strategi pemasaran.