Rabu, 25 Mei 2016

KEGIATAN PENGKAJIAN USAHA PENGRAJIN MEBEL ROTAN






USAHA PENGRAJIN MEBEL DARI ROTAN


A.   Sejarah Singkat
Rotan telah dikenal sejak lama dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi perlengkapan hidup sehari-hari. Penggunaannya dikarenakan  karakteristik  rotan  yang  memiliki tingkat keuletan serta kekokohan. Di samping itu, rotan mudah menyesuaikan bentuk dengan tingkat kerumitan desain yang tinggi. Hampir seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai konstruksi kursi, pengikat, maupun komponen desainnya.
Rotan memiliki beberapa keunggulan dari pada kayu, seperti: ringan dan sederhana jadi bisa dipindahkan kapanpun, kuat, awet dan tahan lama, elastis / mudah dibentuk.  Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai dragon’s blood (”darah  naga”). Resin ini dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. Bahkan Masyarakat suku Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen sayuran.

B.   Lokasi
Usaha dijalankan disebuah rumah semi permanen berstatus milik sendiri yang berukuran 6 x 10 meter yang sekaligus juga tempat tinggal Bapak Suwarno, terletak di Desa Mantewe, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu. Kondisi rumah cukup bagus untuk melakukan usaha kerajinan rotan.

C.   Manfaat
Pemanfaat rotan terutama adalah Berupa industri kecil rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil rotan. Umumnya industri tersebut menghasilkan produk-produk jadi rotan, misalnya: mebel, rak-rak (pakaian dan buku), keranjang, dan sebagainya. .Kursi rotan memberikan nuansa dingin bila diduduki sehingga sangat cocok untuk negara beriklim tropis.

D.   Konsumen dan Daerah Pemasaran
Konsumen dari kalangan perorangan maupun instansi seperti sekolahan maupun perusahaan. Untuk daerah pemasaran mebel dari rotan ini dipasarkan di daerah Simpang Empat, Batulicin, Pagatan, Angsana, Sungai Danau, Kotabaru dan daerah-daerah di sekitar Kabupaten Tanah Bumbu khususnya dipasok untuk kalangan pedagang yang ada di Pasar Minggu Batulicin.

E.   Bahan Baku
            Bahan
1)      Rotan batang
2)      Rotan polis
3)      Cat
4)      Minyak tanah
5)      Air
Peralatan
1)      Paku
2)      Staples
3)      Martil
4)      Gergaji manual dan Mesin
5)      Meja Bending
6)      Gunting Rotan
7)      Amplas Manual dan Mesin
8)      Kompor Gas
9)      Mesin kompresor
10)  .Alat pembengkok
11)   Bor Duduk
12)  . Pisau
13)  . Parang
14)   Kuas cat

F.    Persiapan Produksi
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan adalah rotan yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Tahapan pengolahan rotan adalah sebagai berikut
1)      Proses Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan-potongan rotan diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak kelapa.
2)      Proses Penggosokan dan Pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.
3)      Pengeringan
Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%.
4)      Pengupasan dan Pemolesan
Pengupasan dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan besar pada keadaan kering, gunanya adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata.
5)      Pengasapan
Pengasapan dilakukan agar warna rotan menjadi kuning merata dan mengkilap. Pengasapan dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit (alami), pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih. Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan.
6)      Pengawetan
Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan. Selain berfugsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak baik pada rotan basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga ini paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus minutus Farb.,  Heterobostrychus aequalis Wat., dan Minthea sp.
7)      Pelurusan
Dilakukan dengan menekuk rotan pada dua buah tonggak agar batang rotan menjadi lurus dan mudah untuk disusun atau diikat dalam satu bendel ikatan yang siap untuk didistribusikan.
8)      Pembengkokan
Pembengkokan atau pelengkungan rotan dilakukan pada rotan berdiameter besar sesuai dengan pengunaannya. Cara pembengkokan ini dilakukan dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air panas yang disebut steaming dengan tabung berbentuk silinder (steamer) agar jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah dibengkokan.
Proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan langsung bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas LPG). Kemudian setelah tercapai waktu pemanasan selama 1-2 jam, diberi  penahan agar bentuk lengkungannya tidak berubah Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat pembengkok pada waktu rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan yaitu prosesnya lambat dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar, sehingga bewarna hitam.
Rotan harus melalui beberapa proses sebelum material tersebut bisa diolah dan dianyam menjadi sebuah perabot atau dekorasi. Beberapa langkah hampir sama dengan proses kayu. Rotan yang masih berbentuk 'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai 6-10 meter masih sangat basah. Terlebih dahulu diproses dengan cara :
1)      Menjemur batangan-batangan rotan tersebut hingga agak kering karena pada waktu dikirim ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut masih berwarna hijau kekuningan.
2)      Rotan direndam selama beberapa jam, pengawetan menjadi satu proses penting untuk rotan untuk mencegah serangan jamur dan serangga dengan metode perendaman.
3)      Proses pengeringan dengan menggunakan ruang dan sistem pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam ruang Kiln Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh tumpukan rotan.
4)      Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan mulai diproses di ruang mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan dengan mesin khusus.
Dari proses ini batangan rotan (diameter sekitar 30-40mm) dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan bahan baku anyaman atau pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya diproses lebih lanjut untuk membuat batang rotan sama dari ujung hingga pangkalnya.
Batangan ini nantinya akan diproses lagi untuk dibelah menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'. Tergantung dari kualitas batang rotan tersebut. Apabila berwarna terang dan berdiameter besar (>25mm) maka akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm batangan tersebut biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.

G.  Proses Produksi
Dalam proses pembuatan anyaman kursi rotan dilakuan beberapa tahapan antara lain :
1)      Proses yang disebut pembuatan kerangka kursi, dimana dalam proses pembuatan kerangka kursi menggunakan alat pembengkok agar rotan tersebut bisa dilekukan sesuai dengan model desainnya.
2)      Proses penganyaman. Tujuan dari proses penganyaman ini untuk menutupi kerangka kursi yang sesuai dengan jenis kursi dan  desainnya.  Untuk jenis kursi standar tidak terlalu banyak menggunakan rotan yang banyak dan juga tingkat kerumitannya tidak terlalu rumit.  Sedangkan jenis kursi anyaman menggunakan bahan rotan polis.  Yang dimaksud rotan polis adalah jenis rotan yang sudah dibersihkan kulitnya atau dengan kata lain yang biasa disebut dengan rotan putih. Dalam proses penganyamannya menggunakan rotan polis dan juga kulit rotan.  Dengan tujuan untuk kursi anyaman menggunakan kulit rotan agar tiadak terlau banyak menggunakan rotan polis.  Sedangkan rotan polis digunakan untuk menutupi bagian permukaan kursi.
3)      Mengecat.  Yaitu memberikan warna dasar pada kursi tesebut.  Dengan menggunakan kuas.

H.  Finishing
Proses finishing. Yang dimaksud dengan pinishing adalah proses yang merupakan tahap terakhir dala proses pembuatan kursi rotan. Dimana dalam prosesnya yaitu antara lain:
pengamplasan.  Tujuan pengamplasan ini untuk menghilangkan bulu-bulu rotan dengan cara mengamplas secara manual dan juga menggunakan kompor untuk mengamplasnya.  Proses pengolahan rotan batang setengah jadi adalah pengerjaan lanjutan dari rotan asalan menjadi barang setengah jadi yang siap digunakan untuk keperluan pembuatan barang, furniture atau perabot. Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan adalah rotan yang yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual.

I.      Omset Penjualan / Analisa Usaha

Harga bahan baku
-     rotan 40 kg / bulan                                      : Rp. 20.000,-/kg
-     plitur / vernis 10 kg / bulan             : Rp. 30.000,-/kg
-     paku 10 kg / bulan                                      : Rp. 25.000,-/kg

Ø   Bahan baku
-      Rotan              :          40 kg   x          Rp. 20.000,-                = Rp.    800.000,-
-      Plitur / vernis  :          10 kg   x          Rp. 30.000,-                = Rp.    300.000,-
-      Paku                :          10 kg   x          Rp. 25.000,-                = Rp.   250.000,- +
-      jumlah :                                                                                  = Rp. 1.350.000,-



Ø   Pendapatan
-       penjualan mebel kecil  *)     : 15 set  x   Rp.   75.000,-      = Rp. 1.125.000,-
-       penjualan mebel besar **)   :   5 set  x   Rp. 700.000,-      = Rp. 3.500.000,-    +
-       Jumlah                                                                        =        Rp. 4.625.000,-

*) Harga jual 1 set kerajinan rotan seperti bangku kecil berkisar antara Rp. 25.000,- s/d Rp. 100.000,-
**) Harga jual 1 set kerajinan rotan seperti kursi santai, rak tv, rak baju, meja kursi 1 set berkisar antara Rp. 300.000,- s/d Rp. 900.000,-
                                       
Ø   Keuntungan
-       Rp. 4.625.000,-
Rp. 1.350.000,-      -
Rp. 3.275.000,-

Jadi keuntungan membuat mebel dari bambu adalah Rp. 6.600.000,-


J.     Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak Lingkungan
Usaha ini dirintis oleh Bapak Suwarno, karena melihat bahan baku yang masih mudah diperoleh dan dengan cekatan ingin membuka usahanya ini untuk membantu kebutuhan rumah tangga yang memerlukan hasil kerajinan dari rotan. Dengan adanya kerajinan ini maka kemampuan masyarakat sekitar untuk belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi kerajinan dari rotan telah menempatkan masyarakat menjadi tenaga kerja yang siap pakai. Bagi pengusaha dengan semakin banyaknya tenaga terampil memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai gambaran jika pesanan banyak dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan.
Usaha ini dapat menjadi motivator bagi masyarakat bahwa dengan modal ketekunan dan bekerja keras akan memperoleh hasil yang setimpal dengan apa yang dilakukan untuk mengejar suatu prestasi atau cita-cita untuk menjadi orang sukses,. Inilah bahwa usaha kecil mikro dan menengah ikut turut andil dalam perkembangan perekonomian untuk daerah dan masyarakat Tanah Bumbu.
Ketersediaan infrastruktur yang relatif baik yaitu transportasi dan komunikasi, mendorong perkembangan industri kecil. Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis usaha unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal.
K.  Kesimpulan
Dari hasil pengamatan langsung melalui wawancara dan dengan melakukan observasi dengan pemilik usaha Mebel Rotan dapat disimpulkan :
1.      Usaha pembuatan mebel rotan di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan usaha dengan skala kecil. Usaha ini walaupun kecil akan tetapi dapat memperoleh keuntungan yang lumayan besar.
2.      Penjualan umumnya melalui pesanan dari konsumen yang akan diperjual belikan kembali maupun untuk keperluan pribadi.
3.      Keuntungan membuat mebel berbahan rotan dengan asumsi penjualan perbulan 20 unit dengan harga jual rata-rata diambil Rp. 25.000,- s/d Rp. 900.000,- keuntungan bersih yang di dapat sebesar Rp. 3.275.000,-/bulan.
4.      Kendala yang dihadapi oleh pengusaha mebel rotan untuk saat ini adalah kurangnya pasokan bahan baku, dan kurangnya tenaga kerja terampil karena saat ini hanya di kerjakan sendiri oleh Bapak Suwarno.
5.      Kurangnya metode pemasaran karena selama ini hanya mengandalkan pesanan dari para penjual yang akan diperjual belikan kembali maupun pesanan yang digunakan untuk keperluan pribadi.
6.      Disarankan untuk mengajukan permohonan pembuatan legalitas usaha agar bisa melakukan kontrak kerjasama dengan perusahaan ataupun instansi-instansi untuk pengadaan mebel seperti meja, kursi, rak, dll.
7.      Disarankan untuk mengikuti even pameran di lingkup Kecamatan supaya pemerintah setempat mampu membantu untuk memasarkan kerajinan andalan dari daerahnya.
8.      Usaha ini memang sudah mantap dan maju, akan tetapi perlu sekali dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk melakukan pembinaan agar menjadi usaha yang besar dan meningkatkan perekonomian daerah.