USAHA PENGRAJIN MEBEL DARI ROTAN
A. Sejarah Singkat
Rotan telah dikenal sejak lama dan digunakan oleh masyarakat
untuk memenuhi perlengkapan hidup sehari-hari. Penggunaannya dikarenakan karakteristik
rotan yang memiliki tingkat keuletan serta kekokohan. Di
samping itu, rotan mudah menyesuaikan bentuk dengan tingkat kerumitan desain
yang tinggi. Hampir seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai
konstruksi kursi, pengikat, maupun komponen desainnya.
Rotan memiliki beberapa keunggulan dari
pada kayu, seperti:
ringan dan sederhana
jadi bisa dipindahkan kapanpun, kuat, awet dan tahan lama, elastis / mudah
dibentuk. Beberapa rotan mengeluarkan getah (resin) dari
tangkai bunganya. Getah ini berwarna merah dan dikenal di perdagangan sebagai
dragon’s blood (”darah naga”). Resin ini
dipakai untuk mewarnai biola atau sebagai meni. Bahkan Masyarakat suku
Dayak di Kalimantan Tengah memanfaatkan batang rotan muda sebagai komponen
sayuran.
B. Lokasi
Usaha
dijalankan disebuah rumah semi permanen berstatus milik sendiri yang berukuran
6 x 10 meter yang sekaligus juga tempat tinggal Bapak Suwarno, terletak di Desa
Mantewe, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu.
Kondisi rumah cukup bagus untuk
melakukan usaha kerajinan rotan.
C. Manfaat
Pemanfaat
rotan terutama adalah Berupa industri kecil rumah tangga dan sentra-sentra industri
kecil rotan. Umumnya industri tersebut menghasilkan produk-produk jadi rotan,
misalnya: mebel, rak-rak (pakaian dan buku), keranjang, dan sebagainya. .Kursi rotan memberikan nuansa dingin bila
diduduki sehingga sangat cocok untuk negara beriklim tropis.
D. Konsumen dan Daerah Pemasaran
Konsumen dari
kalangan perorangan maupun instansi seperti sekolahan maupun perusahaan. Untuk
daerah pemasaran mebel dari rotan ini dipasarkan di daerah Simpang Empat,
Batulicin, Pagatan, Angsana, Sungai Danau, Kotabaru dan daerah-daerah di
sekitar Kabupaten Tanah Bumbu khususnya dipasok untuk kalangan pedagang yang
ada di Pasar Minggu Batulicin.
E. Bahan Baku
Bahan
1)
Rotan batang
2)
Rotan polis
3)
Cat
4)
Minyak tanah
5)
Air
Peralatan
1)
Paku
2)
Staples
3)
Martil
4)
Gergaji manual dan Mesin
5)
Meja Bending
6)
Gunting Rotan
7)
Amplas Manual dan Mesin
8)
Kompor Gas
9)
Mesin kompresor
10) .Alat
pembengkok
11) Bor
Duduk
12) . Pisau
13) . Parang
14) Kuas
cat
F. Persiapan Produksi
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi
rotan adalah rotan yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah
pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah
jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Tahapan pengolahan rotan
adalah sebagai berikut
1)
Proses Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar
cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara
penggorengannya adalah potongan-potongan rotan diikat menjadi suatu bundelan,
kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan
minyak kelapa.
2)
Proses Penggosokan
dan Pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian
digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan
serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit
rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan
warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap.
3)
Pengeringan
Setelah rotan dicuci lalu dikeringkan dengan cara dijemur pada panas
matahari sampai kering dengan kadar air berkisar 15% – 19%.
4)
Pengupasan dan
Pemolesan
Pengupasan dan pemolesan umumnya dilakukan pada rotan besar
pada keadaan kering, gunanya adalah untuk menghilangan kulit rotan tersebut,
sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata.
5)
Pengasapan
Pengasapan dilakukan agar warna rotan menjadi kuning merata
dan mengkilap. Pengasapan dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit
(alami), pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang
(gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih. Waktu pengasapan sekitar
12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan.
6)
Pengawetan
Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisis
terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan. Selain berfugsi untuk
mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga
memperpanjang umur pakai rotan. Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat
racun terhadap organisme perusak baik pada rotan basah maupun rotan kering,
permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat
korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah. Serangan bubuk rotan dapat
dikenal karena adanya tepung halus bekas gerekan bubuk tersebut. Serangga ini
paling banyak ditemukan menyerang rotan antara lain Dinoderus minutus
Farb., Heterobostrychus aequalis Wat.,
dan Minthea sp.
7)
Pelurusan
Dilakukan dengan menekuk rotan pada dua buah tonggak agar
batang rotan menjadi lurus dan mudah untuk disusun atau diikat dalam satu
bendel ikatan yang siap untuk didistribusikan.
8)
Pembengkokan
Pembengkokan atau pelengkungan rotan dilakukan pada rotan
berdiameter besar sesuai dengan pengunaannya. Cara pembengkokan ini dilakukan
dengan cara rotan tersebut dilunakkan dengan uap air panas yang disebut
steaming dengan tabung berbentuk silinder (steamer) agar jaringan rotan menjadi
lunak sehingga mudah dibengkokan.
Proses pembengkokan dilakukan dengan cara memanaskan langsung
bagian yang akan dibengkokkan pada api (kompor minyak tanah dan gas LPG). Kemudian setelah tercapai waktu pemanasan selama 1-2 jam,
diberi penahan agar bentuk lengkungannya
tidak berubah Kemudian bagian tersebut dibengkokkan dengan bantuan alat
pembengkok pada waktu rotan masih panas. Cara ini mempunyai beberapa kelemahan
yaitu prosesnya lambat dan kadang-kadang bagian yang dipanaskan dapat terbakar,
sehingga bewarna hitam.
Rotan harus melalui beberapa proses sebelum material tersebut bisa diolah dan dianyam
menjadi sebuah perabot atau dekorasi. Beberapa langkah hampir sama dengan
proses kayu. Rotan yang masih berbentuk
'lonjoran/batang' dengan panjang mencapai 6-10 meter masih sangat basah. Terlebih dahulu diproses dengan cara :
1)
Menjemur
batangan-batangan rotan tersebut hingga agak kering karena pada waktu dikirim
ke pabrik pengolahan sebagian rotan tersebut masih berwarna hijau kekuningan.
2)
Rotan direndam
selama beberapa jam, pengawetan menjadi
satu proses penting untuk rotan untuk mencegah serangan jamur dan serangga
dengan metode perendaman.
3)
Proses pengeringan dengan menggunakan ruang
dan sistem pengeringan yang sama dengan kayu dilakukan. Rotan ditumpuk di dalam
ruang Kiln Dry sedemikian rupa agar sirkulasi udara panas merata ke seluruh
tumpukan rotan.
4)
Setelah dikeringkan selama 10-15 hari rotan
mulai diproses di ruang mesin. beberapa batang rotan yang bengkok diluruskan
dengan mesin khusus.
Dari proses ini batangan rotan (diameter sekitar 30-40mm)
dikupas dan kulitnya dipisahkan untuk dijadikan bahan baku anyaman atau
pengikat kontruksi, sedangkan batangan dan 'daging'nya diproses lebih lanjut
untuk membuat ∅ batang rotan sama
dari ujung hingga pangkalnya.
Batangan ini nantinya akan diproses lagi untuk dibelah
menjadi material anyaman yang disebut 'pitrit'. Tergantung dari kualitas batang
rotan tersebut. Apabila berwarna terang dan berdiameter besar (>25mm) maka
akan diproses menjadi pitrit, jika lebih kecil dari 25mm batangan tersebut
biasanya akan digunakan sebagai rangka kursi atau meja.
G. Proses Produksi
Dalam
proses pembuatan anyaman kursi rotan dilakuan beberapa tahapan antara lain :
1)
Proses
yang disebut pembuatan kerangka kursi, dimana dalam proses pembuatan kerangka
kursi menggunakan alat pembengkok agar
rotan tersebut bisa dilekukan sesuai dengan model desainnya.
2)
Proses
penganyaman. Tujuan dari proses penganyaman ini untuk menutupi kerangka kursi
yang sesuai dengan jenis kursi dan desainnya. Untuk jenis kursi
standar tidak terlalu banyak menggunakan rotan yang banyak dan juga tingkat
kerumitannya tidak terlalu rumit. Sedangkan jenis kursi anyaman
menggunakan bahan rotan polis. Yang dimaksud rotan polis adalah jenis rotan
yang sudah dibersihkan kulitnya atau dengan kata lain yang biasa disebut dengan
rotan putih. Dalam proses penganyamannya menggunakan rotan polis dan juga kulit
rotan. Dengan tujuan untuk kursi anyaman menggunakan kulit rotan agar
tiadak terlau banyak menggunakan rotan polis. Sedangkan rotan polis
digunakan untuk menutupi bagian permukaan kursi.
3)
Mengecat.
Yaitu memberikan warna dasar pada kursi tesebut. Dengan menggunakan kuas.
H. Finishing
Proses finishing. Yang dimaksud dengan pinishing
adalah proses yang merupakan tahap terakhir dala proses pembuatan kursi rotan.
Dimana dalam prosesnya yaitu antara lain:
pengamplasan.
Tujuan pengamplasan ini untuk menghilangkan bulu-bulu rotan dengan cara
mengamplas secara manual dan juga menggunakan kompor untuk mengamplasnya. Proses pengolahan rotan batang setengah
jadi adalah pengerjaan lanjutan dari rotan asalan menjadi barang setengah jadi
yang siap digunakan untuk keperluan pembuatan barang, furniture atau perabot.
Rotan yang dijadikan sebagai bahan baku industri produk jadi rotan adalah rotan
yang yang telah melalui pengolahan. Kegiatan pengolahan adalah pengerjaan
lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan
barang jadi atau siap dipakai atau dijual.
I. Omset Penjualan / Analisa Usaha
Harga bahan baku
-
rotan 40 kg / bulan : Rp.
20.000,-/kg
-
plitur / vernis 10 kg / bulan : Rp. 30.000,-/kg
-
paku 10 kg / bulan : Rp.
25.000,-/kg
Ø
Bahan baku
-
Rotan : 40
kg x Rp.
20.000,- = Rp. 800.000,-
- Plitur / vernis : 10 kg x Rp. 30.000,- = Rp. 300.000,-
- Paku : 10
kg x Rp.
25.000,- = Rp. 250.000,- +
-
jumlah : = Rp. 1.350.000,-
Ø Pendapatan
-
penjualan mebel kecil *) : 15 set
x Rp. 75.000,- = Rp. 1.125.000,-
-
penjualan mebel besar **) : 5
set x
Rp. 700.000,- = Rp. 3.500.000,-
+
-
Jumlah =
Rp. 4.625.000,-
*) Harga jual 1 set kerajinan
rotan seperti bangku kecil berkisar antara Rp. 25.000,- s/d Rp. 100.000,-
**) Harga jual 1
set kerajinan rotan seperti kursi santai, rak tv, rak baju, meja kursi 1 set
berkisar antara Rp. 300.000,- s/d Rp. 900.000,-
Ø
Keuntungan
-
Rp. 4.625.000,-
Rp. 1.350.000,- -
Rp. 3.275.000,-
Jadi
keuntungan membuat mebel dari bambu adalah Rp. 6.600.000,-
J. Aspek Ekonomi, Sosial dan Dampak
Lingkungan
Usaha ini dirintis oleh Bapak Suwarno, karena melihat bahan baku yang masih mudah
diperoleh dan dengan cekatan ingin membuka usahanya ini untuk membantu kebutuhan rumah
tangga yang memerlukan hasil kerajinan dari
rotan. Dengan adanya kerajinan ini maka kemampuan masyarakat sekitar untuk
belajar sehingga menjadi terampil dalam memproduksi kerajinan dari rotan telah menempatkan masyarakat menjadi tenaga kerja
yang siap pakai. Bagi pengusaha dengan semakin banyaknya tenaga terampil
memberikan kemudahan dalam pengaturan kegiatan dan proses produksi. Sebagai
gambaran jika pesanan banyak dengan mudah memperoleh tambahan tenaga kerja yang
dibutuhkan.
Usaha ini dapat menjadi motivator bagi masyarakat
bahwa dengan modal ketekunan dan bekerja keras akan memperoleh hasil yang
setimpal dengan apa yang dilakukan
untuk mengejar suatu prestasi atau cita-cita untuk menjadi orang sukses,.
Inilah bahwa usaha kecil mikro dan menengah ikut turut andil dalam perkembangan
perekonomian untuk daerah dan masyarakat Tanah Bumbu.
Ketersediaan infrastruktur yang relatif baik yaitu
transportasi dan komunikasi, mendorong perkembangan industri kecil.
Perkembangan industri ini diharapkan dapat menjadi salah satu jenis usaha
unggulan yang mampu berkontribusi bagi kemajuan ekonomi lokal.
K. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan langsung melalui wawancara dan dengan
melakukan observasi dengan pemilik usaha Mebel Rotan dapat disimpulkan :
1.
Usaha pembuatan
mebel rotan di Kabupaten Tanah Bumbu merupakan usaha dengan
skala kecil. Usaha ini walaupun kecil akan tetapi dapat memperoleh
keuntungan yang lumayan besar.
2.
Penjualan umumnya melalui
pesanan dari konsumen yang akan diperjual belikan kembali maupun untuk
keperluan pribadi.
3.
Keuntungan membuat mebel
berbahan rotan dengan asumsi penjualan perbulan 20 unit dengan harga jual rata-rata
diambil Rp. 25.000,- s/d Rp. 900.000,- keuntungan bersih yang di dapat sebesar Rp. 3.275.000,-/bulan.
4.
Kendala yang dihadapi oleh pengusaha
mebel rotan untuk saat ini adalah kurangnya pasokan bahan baku, dan kurangnya
tenaga kerja terampil karena saat ini hanya di kerjakan sendiri oleh Bapak
Suwarno.
5.
Kurangnya metode pemasaran karena
selama ini hanya mengandalkan pesanan dari para penjual yang akan diperjual
belikan kembali maupun pesanan yang digunakan untuk keperluan pribadi.
6.
Disarankan untuk mengajukan
permohonan pembuatan legalitas usaha agar bisa melakukan kontrak kerjasama
dengan perusahaan ataupun instansi-instansi untuk pengadaan mebel seperti meja,
kursi, rak, dll.
7.
Disarankan untuk mengikuti even
pameran di lingkup Kecamatan supaya pemerintah setempat mampu membantu untuk
memasarkan kerajinan andalan dari daerahnya.
8.
Usaha ini memang sudah mantap dan
maju, akan tetapi perlu sekali dukungan dari masyarakat dan pemerintah untuk
melakukan pembinaan agar menjadi usaha yang besar dan meningkatkan perekonomian
daerah.